Ada Potensi Monopoli, Google hingga Facebook Jadi Sasaran Kebijakan Pajak Baru di Jerman
Jerman tengah mempertimbangkan pajak sebesar sepuluh persen terhadap raksasa platform digital seperti Google dan Facebook. Hal ini dalam upaya untuk memastikan kontribusi yang lebih adil dari perusahaan teknologi asing yang meraup keuntungan besar di Berlin.
Menteri Kebudayaan Jerman, Wolfram Weimer, mengatakan bahwa kementeriannya sedang menyusun rancangan undang-undang terkait pajak layanan digital, sembari menjalin dialog dengan operator platform guna mengeksplorasi opsi alternatif seperti kontribusi sukarela.
Baca Juga: Jerman Panggil Netanyahu, Sebut Manuver Israel Sudah Tak Lagi Masuk Akal
“Perusahaan-perusahaan ini menghasilkan miliaran di negara kami dengan margin keuntungan sangat tinggi dan sangat diuntungkan oleh output media, budaya, serta infrastruktur kami— namun hampir tidak membayar pajak, minim investasi, dan memberi kembali terlalu sedikit pada masyarakat,” ujar Weimer, dilansir dari Reuters, Jumat (30/5).
Jerman sebelumnya telah sepakat untuk mengenakan pajak atas pendapatan dari layanan digital yang dihasilkan dalam wilayah negara tersebut. Bila diterapkan, negara tersebut akan bergabung dengan sejumlah negara yang telah memberlakukan pajak serupa seperti Britania Raya, Prancis, Italia, Spanyol, Turki, India, Austria, dan Kanada.
Weimer juga menuduh perusahaan digital besar membentuk struktur monopoli yang menghambat kompetisi dan terlalu memusatkan kekuasaan media, sehingga berpotensi membahayakan kebebasan berekspresi.
“Jika Google secara sepihak dapat mengganti nama suatu wilayah dan memaksakan perubahan itu karena kekuatannya dalam membentuk makna di komunikasi global — kita bisa melihat bahaya dari struktur yang ada saat ini,” jelasnya.
Namun Jerman berpotensi memicu ketegangan dagang baru dengan Amerika Serikat (AS). Langkahnya ini bergesekan dengan arah kebijakan dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Trump dilaporkan telah memerintahkan perwakilan perdagangannya untuk menghidupkan kembali penyelidikan terhadap negara-negara yang menerapkan pajak digital atas perusahaan teknologi dari AS.
Baca Juga: Perjalanan 'Pelopor Skincare' NIVEA dari Jerman hingga Masuk ke Indonesia
Trump sebelumnya menegaskan bahwa dirinya tidak akan membiarkan pemerintah asing mengambil alih basis pajak negaranya untuk keuntungan mereka sendiri.
(责任编辑:时尚)
- ·Resep Kue Kering Lidah Kucing ala Chef Devina Hermawan
- ·Pembelaan Prabowo Kala Zulhas Bagi
- ·Mengenal Kelainan Darah di Hari Hemofilia Sedunia
- ·Orang Tua Wajib Tahu, Begini Cara Penanganan Flu Singapura pada Anak
- ·美国欧柏林音乐学院出名吗?
- ·Mahfud MD jadi Cawapres, Cak Imin Tak Khawatir Suara NU Pecah
- ·Gibran Dikabarkan Masuk Golkar, Airlangga: Ini akan Terus Berproses
- ·Gibran Sapa Anggota Projo 17 Menit Sebelum Jokowi Buka Acara Rakernas di Senayan
- ·12 Posisi Tidur Berpelukan Versi Calma Sutra Kourtney Kardashian
- ·麻省艺术与设计学院排名多少?
- ·英国艺术类留学一年费用大概多少?
- ·拿了皇艺、爱丁堡offer后,治好了我的精神内耗!
- ·Ini 7 Tips Aman Memilih Pemandu Wisata yang Baik
- ·伦敦艺术学院专业排名
- ·Doa Meminta Pemimpin yang Baik Kepada Allah SWT
- ·Sedang Haid tapi Ingin Ziarah Kubur? Ini Ketentuannya dalam Islam
- ·Melawat ke Rumah Kelahiran Buya Hamka di Tepi Danau Maninjau
- ·出国学动画,澳大利亚留学是一个不错的选择!
- ·Bukan di Bandung, tapi Kereta di Kota Milan Italia Lewat Pasteur
- ·Gurihnya Nasi Minyak Palembang dan Mulut yang Sibuk Mengunyah